Tuesday, May 24, 2016

Surat Cinta Untukmu

Aku perempuan yang menyimpan sejuta harapan dalam hati,
Yang tidak mampu untuk menyimpannya lagi,
Yang ingin mewujudkannya di tahun ini,
Ditakdirkan untuk berjuang di mabit Nurul Fikri.

Berbekal semangat yang tinggi
Berharap akan istiqomah dalam perjuangan ini
Namun mabit tidak semulus yang ada dalam mimpi
Itukah takdir Ilahi?

......

Bismillah,
Assalamu'alaikum kawan

Sudah lebih dari 3 bulan berjuang bersama, lebih dari 3 departemen kita jalani. Meski sering datang tanpa izin tapi kalau departemen fisika itu masalah lain.
Yang awalnya malu-malu kucing, sampai akhirnya di'tai'-in.
Yang awalnya cuma main di pasming, sekarang nongkrong di mampang.
Yang awalnya normal, masuk mabit jadi abnormal.

Huft.

Kawan, semangat kalian sangat luar biasa dan itu membuatku iri. Rasa beryukur kalian sangat tinggi dan aku takut tidak bisa menyamai. Kakak pembimbing mabit sangat loyal dan itulah yang membuatku penasaran!
Satu hari, dua hari, tiga hari dan hampir setiap hari melihat anak mabit. Terkhusus anak ronceng. Ronceng. BAWEL, NYEBELIN, BATU.
Awal masuk ronceng aku kira anak baik-baik. Ternyata emang, kayak kambing. bawel.
Sekalinya ditunjuk jadi bendahara dan itu pengalaman banget karena harus sabar dan tetap cantik untuk nagihin uang departemen.
Tapi kalian tetap tersayang.

Mabit. Kadang ada malam yang seru kadang ada yang jengkelin. Apalagi kalau udah ujian. Afektif? heh. Tapi sekarang aku tau itu sangat efektif, efektif buat bikin darah tinggi.
Pertama kali afektif sama bang jek. Merasa durhaka aku kak maaf ya. Untung ada malaikat yang baik hati, kak muzza yang siap menolong kapanpun saat bang jek gak ada wkwk.

Semua kenangan itu telah berlalu.

Teman-teman mabit, maaf kalau aku jarang datang kegiatan mabit. Bukan karena aku tidak memprioritaskan kalian, tapi ada masalah lain yang harus diselesaikan.
Maaf kakak-kakak kalau ternyata aku menyebalkan
Maaf bila aku pernah berkata kasar atau terlalu keras.
Maaf bila aku pernah menyakiti hati kalian
Maaf bila ternyata aku sangat dirindukan.

Jangan khawatir kawan bila pertemuan jarang dilakukan. Ukhuwah tidak dapat dinilai dari intensitas pertemuan dan tatap muka, tapi seberapa sering kalian bawa nama teman-teman dalam setiap doa kalian.

Aku akan sangat rindu.
Namun aku tau, langit Malang yang ku pandang akan sama dengan langit yang kalian lihat.
Aku akan sangat rindu
bercerita, mengeluh, menangis, tertawa dalam satu ruangan
Aku akan sangat rindu
Sosok sosok pejuang yang semangatnya menampar setiap hati yang mengenalnya
Aku akan sangat rindu
ruang konsultasi nurul fikri mampang.




Thursday, May 19, 2016

Bagaimana aku harus bersikap Ya Rabbi?

Menanggapi hati sendiri sungguh tidaklah mudah bagiku.
Pasca diri ini ternodai dusta, 
membuatku semakin berhati-hati dalam mengambil sikap.
Begitu kelam waktu yang telah berlalu itu.
Begitu egois sehingga melukai diri sendiri.

Namun sekarang,
Di hadapanku, datang lagi seorang yang teramat melekat di pikiran.
Sosok yang tenang namun menghanyutkan.
Aku mengenalnya.
Aku memberikan senyuman dan memberikan lambaian tangan.
Dia menjawabku dengan melemparkan senyumannya kepadaku.
Hari itu, awal kami bertemu setelah 3 tahun lamanya terpisah tanpa kabar.
Bukan, bukan dia si egois itu. Dia berbeda. Dia teman baikku.

Kami dipertemukan dan itu adalah ketentuan-Nya. 
Kami jarang berbincang secara langsung dan tidak pernah berbicara di luar batas kewajaran seorang teman.

Aku tidak pernah terpikir akan menaruh hati padanya.
Saat teman-teman melamparkan candaan tentang aku dan dia, aku menanggapi itu sebagai hal biasa.
"Ah, aku tidak akan mempan kawan dengan guyonan kalian" candaku kepada mereka
3 tahun candaan itu terus menghantamku.
Dan keadaan merubah segalanya.

Perasaan dapat kita cegah dan kita sendirilah yang mengehendaki itu semua.
Cinta bisa hilang jika kita tidak menginginkannya untuk datang.
Bersikaplah sesuai dengan kebutuhanmu namun jangan lupakan ketentuan agamamu.

Jujur, aku mengaguminya. Hanya sekedar mengakui bahwa dia hebat.
Dia baik kepadaku. Tapi aku tau dia juga baik kepada orang lain.
Aku takut.
Aku takut bila aku menaruh hatiku kepadanya, aku tidak akan mampu mendengar siapa sebenarnya yang dia harapkan.
Aku juga merasa, aku tidak begitu baik untuknya. klise.
Aku juga takut bila nantinya aku merubah dirinya yang pada awalnya dia adalah seorang yang baik.
Aku takut aku kembali menangis hanya karena masalah perasaan.

Terlalu hina bila aku masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Yaa Rabbi, bagaimana aku harus bersikap?